Ismail Marzuki dikenal sebagai pejuang dan tokoh
seniman pencipta lagu bernuansa perjuangan yang banyak mendorong semangat
membela kemerdekaan. Semasa hidupnya, ia menciptakan sekitar 250 lagu, seperti “Rayuan Pulau Kelapa” (1944), “Gugur Bunga” (1945), “Halo – Halo Bandung” (1946), “Sepasang Mata Bola” (1946), “Melati Di Tapal Batas” (1947).
Pahlawan kelahiran Jakarta ini menempuh pendidikan
di HIS (setingkat SD), dan MULO (setingkat SMP) di Jakarta. Setelah mengikuti
sekolah umum pada waktu pagi hari, sore harinya Ismail Marzuki belajar di
Madrasah Unwanul Falak. Di MULO,
Ismail Marzuki bergabung dengan grup musik sekolah. Hal itu tidak mengherankan
karena ayahnya adalah pemain kecapi.
Pada saat berumur 17 tahun, Ismail Marzuki berhasil
menggubah lagu berbahasa Belanda berjudul “O Sarinah”. Lagu ini menggambarkan
kondisi kehidupan bangsa yang tertindas. Tiga tahun kemudian ia aktif dalam
grup music Lief Java. Bersama grup
musik ini, Ismail Marzuki bermain beberapa alat music, seperti gitar, saksofon,
dan harmonium pompa. Karena kemampuannya dalan bermusik juga hingga membuat
Ismail Marzuki dipercaya sebagai pengisi ilustrasi music dalam film yang
berjudul “Terang Bulan” pada tahun
1938. Lagu yang paling popular ciptaan Ismail Marzuki hingga kini adalah “Rayuan Pulau Kelapa”.
Lantaran kondisi fisik yang lemah, pada masa Perang
Kemerdekaan Ismail Marzuki tidak dapat menyumbangkan tenaganya. Perasaan sedih
terus berkecamuk di hati Ismail Marzuki. Akhirnya, untuk menggambarkan ungkapan
perasaan sedihnya itu, ia menggubah lagu “Cacat
Perwira”.
Pada saat kembali bekerja di RRI (Radio Republik
Indonesia), yaitu setelah berakhirnya Perang Kemerdekaan, Ismai Marzuki
dipercaya untuk memimpin Orkes Studio Jakarta. Bersama Yahya, Kusbini, dan
Iskandar, ia mendirikan Orkes Empat Sekawan.
Ismail Marzuki memang sosok tokoh yang tidak terjun
di dunia politik atau militer. Namun perasaan cinta tanah air selau dituangkan
dalam gubahan – gubahan lagunya. Banyak gubahan lagunya diilhami oleh situasi
yang terjadi di tanah air pada saat itu. Misalnya lagu “Irian Samba” yang
menggambarkan situasi perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang tidak
memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah
Republik Indonesia. Kemudian, lagu “Pemilihan
Umum” yang digubah menjelang pemilihan umum 1955.
Pada tahun 1957, kondisi kesehatan Ismail Marzuki
yang makin memburuk memaksanya mengundurkan diri dari RRI (Radio Republik
Indonesia). Ia wafat pada tanggal 25 Mei 1958.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar