Senin, 26 Desember 2016

Ismail Marzuki

Ismail Marzuki dikenal sebagai pejuang dan tokoh seniman pencipta lagu bernuansa perjuangan yang banyak mendorong semangat membela kemerdekaan. Semasa hidupnya, ia menciptakan sekitar 250 lagu, seperti “Rayuan Pulau Kelapa” (1944), “Gugur Bunga” (1945), “Halo – Halo Bandung” (1946), “Sepasang Mata Bola” (1946), “Melati Di Tapal Batas” (1947).

Pahlawan kelahiran Jakarta ini menempuh pendidikan di HIS (setingkat SD), dan MULO (setingkat SMP) di Jakarta. Setelah mengikuti sekolah umum pada waktu pagi hari, sore harinya Ismail Marzuki belajar di Madrasah Unwanul Falak. Di MULO, Ismail Marzuki bergabung dengan grup musik sekolah. Hal itu tidak mengherankan karena ayahnya adalah pemain kecapi.

Pada saat berumur 17 tahun, Ismail Marzuki berhasil menggubah lagu berbahasa Belanda berjudul “O Sarinah”. Lagu ini menggambarkan kondisi kehidupan bangsa yang tertindas. Tiga tahun kemudian ia aktif dalam grup music Lief Java. Bersama grup musik ini, Ismail Marzuki bermain beberapa alat music, seperti gitar, saksofon, dan harmonium pompa. Karena kemampuannya dalan bermusik juga hingga membuat Ismail Marzuki dipercaya sebagai pengisi ilustrasi music dalam film yang berjudul “Terang Bulan” pada tahun 1938. Lagu yang paling popular ciptaan Ismail Marzuki hingga kini adalah “Rayuan Pulau Kelapa”.

Lantaran kondisi fisik yang lemah, pada masa Perang Kemerdekaan Ismail Marzuki tidak dapat menyumbangkan tenaganya. Perasaan sedih terus berkecamuk di hati Ismail Marzuki. Akhirnya, untuk menggambarkan ungkapan perasaan sedihnya itu, ia menggubah lagu “Cacat Perwira”.

Pada saat kembali bekerja di RRI (Radio Republik Indonesia), yaitu setelah berakhirnya Perang Kemerdekaan, Ismai Marzuki dipercaya untuk memimpin Orkes Studio Jakarta. Bersama Yahya, Kusbini, dan Iskandar, ia mendirikan Orkes Empat Sekawan.

Ismail Marzuki memang sosok tokoh yang tidak terjun di dunia politik atau militer. Namun perasaan cinta tanah air selau dituangkan dalam gubahan – gubahan lagunya. Banyak gubahan lagunya diilhami oleh situasi yang terjadi di tanah air pada saat itu. Misalnya lagu “Irian Samba” yang menggambarkan situasi perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang tidak memasukkan Irian Barat ke  dalam wilayah Republik Indonesia. Kemudian, lagu “Pemilihan Umum” yang digubah menjelang pemilihan umum 1955.


Pada tahun 1957, kondisi kesehatan Ismail Marzuki yang makin memburuk memaksanya mengundurkan diri dari RRI (Radio Republik Indonesia). Ia wafat pada tanggal 25 Mei 1958.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar