Lidah adalah anugerah Allah yang sangat
agung. Jika mata hanya dapat melihat warna dan bentuk, telinga hanya
bisa mendengar suara, tangan hanya bisa menjangkau benda dan sebagainya, namun
lidah mempunyai jangkauan, peranana, dan tugas yang tidak terbatas. Lidah
mempunyai jangkaaun yang luas dalam berbuat kebaikan. Namun di sisi lain, ia
mempunyai ekor yang dapat ditarik dan dapat diombang – ambingkan dalam
kemaksiatan. Dialah anggota tubuh manusia yang paling durhaka dibandingkan
dengan anggota – anggota tubuh lainnya, karena dia bisa memberikan pujian
sekaligus celaan, yang dapat menyebabka kebinasaan.
Rasulullah Saw memperingatkan umatnya agar selalu menjaga lidah, karena
tajamnya lidah lebih tajam daripada pedang. Sebagaimana beliau bersabda :
“Jauhilah oleh kalian fitnah, karena
sesungguhnya lidah yang menyebabkan fitnah itu lebih tajam daripada pedang.” (HR. Ibnu Majah)
Sungguh tidak dapat dipungkiri lagi bahwa tajamnya lidah diibaratkan
lebih tajam daripada pedang. Karena lukanya pedang mungkin masih bisa terobati
dalam hitungan hari, tetapi luka hati akibat sayatan lidah membutuhkan waktu
lama agar bisa terobati, atau bahkan
tidak bisa terobati.
Seperti halnya lidah yang membicarakan keburukan orang lain atau ghibah. Kata – kata yang menjurus kepada
hal ini tentunya akan membawa pada kerusakan, terputusnya hubungan persaudaran,
munculnya permusuhan dan perselisihan serta kebencian di antara mereka,
sehingga akan muncul kerusakan yang sangat besar dalam hubungan masyarakat.
Bagaimana pun jeleknya orang muslim, maka haram jika aibnya
disebarluaskan. Bahkan sesame muslim harus saling menutupi aibnya dan
mengingatkan serta menasihatinya bukan malah diceritakan kepada orang lain
dibelakangnya. Karena seorang muslim yang menutup aib saudaranya di dunia,
niscaya Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.
Sabda Rasulullah Saw :
“Barang siapa yang selalu membela
kehormatan saudaranya dibelakang saudaranya itu, niscaya Allah akan mencegah
wajahnya dari api neraka.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Seorang muslim yang dirindukan surga tentunya tidak mau terjerumus pada
perbuatan ghibah. Karena perbuatan itu akan berdampak kepada perselisihan,
permusuhan, dan juga akan menyebabkan terputusnya tali kasih dan tali
kekerabatan antar sesama manusia.
Seorang muslim juga sejatinya akan senantiasa menjaga mulutnya dari adu
domba. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari perbuatan adu domba adalah
tersebarnya keburukan, kerusakan, kejahatan di masyarakat serta perpecahan dan
perselisihan antar sesama. Tidak mengherankan jika Rasulullah Saw bersabda :
“Hamba Allah yang paling baik adalah
orang – orang yang apabila diihat akan menyebut nama Allah Swt, dan sejahat –
jahat hamba Allaha adalah orang – orang yang suka mengadu domba dan memecah
belah orang – orang yang saling mencintai, yang menginginkan kebinasaan bagi
orang – orang yang tidak bersalah.” (HR. Ahmad)
Orang yang mengadu domba akan memperoleh siksa kubur yang pedih,
sebagaimana hadist berikut :
“Rasulullah Saw pernah berjalan
melewati dua kuburan, lalu beliau berkata : “Sesungguhnya penghuni dua kuburan
sedang menjalani penyiksaan, mereka berdua disiksa bukan karena perbuatan dosa
besar. Salah seorang dari keduanya adalah orang yang suka mengadu domba, sedangkan
yang kedua adalah orang – orang yang tidak bersih bersuci dari buang air kecil
(kencing).” (HR. Bukhari Muslim)
Demikian pedihnya siksaan sebagaimana yang telah dijanjikan Allah Swt
bagi mereka yang suka mengadu domba dan berbuat ghibah. Tidak hanya mendapat
siksaan Allah Swt, bahkan orang yang melakukan itu semua akan dikucilkan oleh
masyarakat sekitarnya.
Oleh karena itu, seorang muslim harus senantiasa menjaga mulutnya demi
kehormatan dan keselamatan. Jangan suka menghina, mencela, mencari kesalahan
orang lain, dan mengadu domba saudaranya. Gunakanlah mulut untuk hal – hal yang
bermanfaat seperti memperbanyak dzikir kepada Allah Swt, perbanyak istigfar,
berbaik sangka (khusnudzan), memberi nasihat, dan untuk beribadah kepada Allah
Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar