Senin, 26 Desember 2016

Pengalaman dengan Guru BK

Pada hari Sabtu, 3 November 2016 saya mendatangi salah satu guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Baros, yang jaraknya 16 KM dari pusat Kota Serang. Saya disambut baik oleh guru Bimbingan dan Konseling pada saat itu, guru Bimbingan dan Konseling yang cukup disapa Bu Eva tersebut  berkenan untuk saya mintai sarannya mengenai Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Kemudian beliau bercerita mengenai perjalanan beliau menjadi guru Bimbingan dan Konseling, awalnya beliau menjadi guru Bimbingan dan Konseling karena pada saat itu belum tersedianya tenaga pendidik yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling, sedangkan bidang kurikulum meminta supaya diadakannya guru Bimbingan dan Konseling. Akhirnya beliau ditunjuk menjadi guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Baros walaupun beliau hanya lulusan Sarjana Pendidikan Islam. Untuk menunjang pengetahuan dan pendidikannya dalam Pendidikan Bimbingan dan Konseling, beliau mendapatkan sertifikasi Bimbingan dan Konseling yang diselenggarakan di Bogor selama 10 hari.

Beliau yang bukan merupakan latar belakang  mengaku tidaklah terlalu sulit untuk memahami tingkah laku siswa – siswinya, memberikan bimbingan, serta membantu mengarahkan siswa – siswanya dalam pengambilan keputusan dan lain sebagainya. Karena beliau sudah menyukai dunia psikologi sejak SMA dan menjadi guru Bimbingan dan Konseling adalah sebuah pilihan yang baik. Ditambah beliau mendapatkan ilmu banyak mengenai bimbingan dan konseling, pengalaman dalam bidang Bimbingan dan Konseling dari ibu Sularti selaku guru di smp 10 yang merupakan senior guru bimbingan dan konseling di Kota Serang.

Selama menjadi guru Bimbingan, ada beberapa program yang dilakukan beliau guna memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa, diantaranya Bimbingan Kelompok, Konseling Pribadi,  Sosiometri, Bimbingan Karir, Bimbingan Akademik, Bimbingan Klasikal di kelas berupa informasi, Ice Breaking, Menonton Film Edukasi, dan sebagainya. Baru – baru ini beliau melakukan program Parenting, dimana Beliau mengundang setiap orang tua dari siswa setiap angkatan untuk sekedar tanya jawab mengenai perkembangan siswa, karena beliau menyadari informasi mengenai perkembangan siswa  tidak hanya didapat dari wali kelas, tetapi juga dari orang tua siswa.

Bimbingan yang diberikan oleh guru BK tidak hanya untuk siswa yang suka membolos, bandel, broken home, ataupun bermasalah saja, tetapi juga kepada beberapa siswa yang memang membutuhkan bimbingan, seperti bimbingan karir yang diberikan kepada siswa kelas 3. Terkadang, beliau melakukan bimbingan kelompok kepada 12 siswa yang di adakan di ruang BK, namun jika tidak memungkinkan beliau melakukannya di aula.

Saya juga sempat bertanya mengenai ruangan BK, ruangan yang berukuran kurang lebih 3x3 dan hanya tersedia 2 meja guru dan 2 kursi, satu lemari, jam dinding, serta meja dan beberapa kursi yang diperuntukkan untuk tamu. Beliau sempat bercerita bahwa ruangan yang ditempatinya saat ini belum memenuhi kriteria ruangan Bimbingan dan Konseling karena harus diberi sekat berupa kaca satu arah atau setidaknya papan untuk konseling pribadi. Namun, beliau menyadari hal itu tidaklah mudah dan beliau menyiasatinya dengan menutup jendela dan gorden, mengunci pintu untuk memberikan kesan nyaman kepada siswa.

Kemudian beliau menambahkan bahwa menjadi guru Bimbingan dan Konseling haruslah memiliki kepribadian seperti :
  • Sabar. Itu sudah harga mati. Karena kita akan menghadapi berbagai aneka karakteristik siswa, dan mendengarkan berbagai cerita mereka walaupun waktu istirahat dan waktu pulang sempat tertunda.
  • Ikhlas, baik waktu maupun tenaga. Beliau mengaku menjadi guru Bimbingan dan Konseling waktunya tidak terbatas. Beliau harus melakukan Visit home jika ada beberapa siswanya yang memang sulit untuk ditemui maupun sulit diberikan bimbingan. Dan beliau menganggap itu semua tantangan sekaligus sebagai ladang pahala.
  • Kreatif. Beliau berpendapat guru Bimbingan dan Konseling harus kreatif,  bagaimana caranya kita memiliki sesuatu yang bisa dikerjakan di kala waktu luang, bersifat dinamis. Seperti melakukan analisis kasus, mengoreksi kuesioner, dan lain sebagainya.


Semoga bermanfaat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar